Akhir-akhir
ini, saya merasakan “kembali” menjadi seorang mahasiswa teknik yang katanya
banyak tugas, praktikum, asistensi, dll. Ternyata iya. Dari mulai pagi sampai
malam di kampus, merevisi laporan yang tiada selesai kesalahannya. Juga
menghadapi beberapa orang yang sifatnya tidak cocok dengan kita. Misalnya kerja
kelompok. Saya dari kecil memang tidak suka menunggu, karena itu saya tidak mau
membuat orang menunggu. Caranya ? Dengan datang on time bahkan terkadang in
time. Tapi anggota kelompok yang lain malah datang sejam dan paling parah
tiga jam setelah janjian. Kalau saja ini tidak menyangkut praktikum, pasti
sudah tak tinggal. Parahnya lagi….. (tidak usah diterusin).
Sesibuk-sibuknya
alur kuliah di teknik, kewajiban di luar teknik juga tetap harus dilaksanakan.
Misalnya kegiatan dengan PSAM dan kos. Di kos saya, setiap orang harus
mengepel, membuang sampah, menyapu, dll setiap seminggu sekali. Saya sih fine-fine saja tapi sejak kesibukan ini
datang, terkadang saya hampir mengabaikannya tapi untungnya masih ingat untuk
melaksanakan tanggung jawab ini.
Jumat
lalu, sembari mengepel lantai kos yang semakin kotor akibat hujan, saya
mendengarkan khotbah Jumat di dekat kos. Sering sih mendengarkannya tapi topik
kemarin sangat relevan dengan masalah yang saya hadapi. Topiknya mengenai
“Ujian”. Saya termasuk orang yang suka mengeluh, padahal jika dipikir-pikir
masalahnya tak terlalu besar. Seperti kejadian kemarin ketika laporan saya
harus berulang-ulang direvisi, kotak pensil hilang, lari malam-malam untuk mengumpulkan
deadline laporan, saya benar-benar
merasa stress dan bingung. Belum lagi
jika teringat masalah lain yang tidak bisa saya share. Belum juga masalah internal kelompok yang selalu membuat
saya jengkel. Ketika kita mengeluh kepada Allah atas apa yang terjadi, misalnya
“ Allah, kenapa harus terjadi kepada saya ? “. Bayangkan jika Allah menjawab, “
Why not ? “. Allah berhak melimpahkan
anugerah juga masalah karena Ia yang berkuasa atas dunia ini. Namun ketika
orang lain mendapatkan keberkahan, kita akan mengeluh, “ Allah, kenapa bukan
saya ? ”. Humanly banget memang.
Mengeluh itu perlu terkadang agar kita tidak melakukan kesalahan lagi dan lebih
berhati-hati. Tapi kalau berlebihan juga tidak baik. Sadarkah Anda jika semakin
sulit masalah yang menimpa kita berarti Allah telah menaikkan derajat kita ?
Analogi sederhananya seperti ini : ujian itu dihadapi oleh orang berpendidikan
(menuntut ilmu). Jadi orang yang tidak menuntut ilmu, pasti tidak akan
menghadapi ujian. Semakin tinggi jenjang suatu pendidikan seseorang, ujiannya
akan semakin berat juga. Jadi jika masalahmu hanya sepeleh yang kamu
besar-besarkan sendiri berarti kamu masih jenjang rendah. Tingkat ujian yang
tinggi itu dialami oleh para Nabi, sahabat Nabi, Wali songo dan semua yang
berjuang di jalan Allah. Khotbah yang bagus sekali, benar-benar menyadarkan
betapa kecilnya iman saya saat ini. Masalah begini saja sudah mengeluh,
bagaimana dengan masalah orang lain yang lebih berat. Ketika kita benar-benar
mearasa down, depressed, stress, dll,
ingat untuk berdoa dan sharing ke
Allah. Seakan-akan Allah akan menjawab semua keluhanmu dengan kata-kata
mulia-Nya “Calm down, because I’m with
you always”. Saya merasakannya, betapa tenang hati kita setelah berdoa.
Alhamdulillah, semoga setelah ini kita bisa menjadi manusia yang pandai
bersyukur dan bermanfaat untuk orang lain. Barakallah.