Hi hi semuanya, lama ya aku tidak update. By the way, aku akan menceritakan pengalamanku umrah selama 12 hari
bersama ayah dan ibu. Semoga bermanfaatJ
Dari
dulu, aku ingin sekali berangkat umrah sekeluarga tapi memang belum ada
panggilan. Jadi ya tetap berdoa sambil berikhtiar saja. Tahun lalu, keluargaku
hampir kena tipu gara2 lomba TTS. Lomba TTS itu dimuat di salah satu majalah
terkemuka Indonesia. Ibuku yakin sekali akan menang dan ternyata beberapa
minggu kemudian, ibuku dapat surat bahwa kami menang dan hadiahnya adalah 300
juta rupiah. Wowowow. Ketika pikiran kami sama, yaitu berangkat umrah. Kami
sudah merencanakan semuanya. Sayangnya baru kami tahu bahwa itu hanyalah
tipuan. Sedih, sangat sedih.
Masih di tahun kemarin, Allah mengobati
kekecewaan kami dengan benar-benar memberi rezeki yang nyata. Dan Alhamdulillah
akhirnya aku, ayah, dan ibu jadi berangkat umrah.
Awal keberangkatan kami yaitu tanggal 28
februari pagi jam 6. Dan itu adalah pengalaman pertamaku naik pesawat. You know what? Saking takutnya, dari
Juanda ke Kuala Lumpur International
Airport aku tidak berhenti beristighfar
dan bertasbih. Aku punya semacam achrophobia
(takut akan ketinggian), jadi benar-benar nggak berani naik sesuatu yang
melambung tinggi. Transit di
Malaysia, bandaranya lumayan bagus. Wifinya
juga lancar. Setelah empat jam transit,
rombongan kami akhirnya berangkat menuju King
Abdul Azis, Jeddah menggunakan pesawat Air Asia. Dan karena aku masih
takut, dari awal perjalanan sampe KAA aku tetap beristighfar dan bertasbih. Alhamdulillah
sampai di sana pukul 9 malam. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke
Madinah, kurang lebih lima jam. Ketika sampai di Madinah, dan melihat Masjid
Nabawi aku menangis karena saking senangnya bisa menginjakkan kaki di sini dan
akan berziarah ke makam Rasulullah SAW, Abu bakar, dan Umar. Sampai di hotel
sekitar jam 3 pagi. Kami pun bersiap-siap pergi ke Masjid Nabawi jam 4 pagi.
Cerita lucunya, di Masjid Nabawi itu ada dua kali adzan shubuh. Adzan pertama
jam 4.30 pagi. Ketika mendengar adzan,
aku kebingungan karena kata ustadz
Ulil (pendamping rombongan) adzan Shubuh jam
5.30 pagi. Aku dan ibu kebingungan. Akhirnya aku bertanya kepada orang, apakah adzan itu adzan shubuh, dan mereka menjawab iya. Aku menunggu, kok lama
banget nggak mulai shalat. Jam 5.30 terdengar adzan lagi. Ahhhh aku baru tahu kalau adzan shubuh di sini dua kali. Such
a pabo.
Alhamdulillah, hotelku (Mubarak
Silver) sangat dekat dengan Masjid Nabawi dan menuju ke gerbang 25, gerbang
bagi para perempuan untuk salat. Setelah shalat dan makan, kami diajak
berkeliling sekitar Masjid Nabawi. Malamnya para perempuan diajak ke Raudah (makam Rasulullah SAW, Umar, dan
Abu Bakar). Setauku ada waktu-waktu tertentu bagi para lelaki dan perempuan
untuk mengunjungi Raudah, ba’da isya untuk perempuan, sisanya untuk
laki-laki (pleace give correction if I
get it wrong). Aku kaget ternyata Raudah
sangat sangat padat, iyasih kan makam Rasul dan sahabat. Targetku waktu itu
salat di karpet hijau dan melindungi ibuku dari desakan orang-orang. Alhamdulillah, aku menarik ibuku ke depan
dan melindunginya ketika saat sunah mutlak. Lalu ibuku keluar, tinggal aku dan
dua orang rombongan. Alhamdulillah aku bisa salat di depan makam Rasul.
Hari kedua dan selanjutnya, kami habiskan di
Masjid Nabawi untuk beribadah. Selain itu, kami diajak jalan-jalan ke kebun
kurma, tempat percetakan Quran,
Masjib Quba, dan lain-lain. Masjid Nabawi sangat sangat sangat indah, di
halamannya terdapat pilar-pilar berbentuk payung yang bisa menutup dan membuka.
Jadi jangan takut kepanasan kalau salat di pelataran masjid. Di sana ada banyak
pintu, jadi hati-hati, perhatikan medan, dan ingat-ingat pintu mana yang
biasanya kamu lewati. Di pelataran masjid, ada tempat bagi para lelaki untuk
menunggu perempuan, istri, saudara, atau putrinya. Sayangnya ayah tak pernah
ada di sana karena beliau menyerahkan ibu kepadaku, jadi ayah bisa beribadah
secara leluasa. But sometimes, I wonder
who will wait for me in that area with smile ;). Oh ya, di dalam masjid ada
banyak tempat minum air zam-zam. Jadi, siap-siap bawa botol ya, mumpung di
sana. Minum sebanyak-banyaknya. Kalau yang di pelataran masjid, itu bukan air zam-zam, hanya air minum biasa. Pokoknya
di Madinah, kegiatannya ya ke Masjid Nabawi, jalan-jalan, dan belanja. Setelah
shubuh, depan pintu 25 sudah penuh dengan penjual apa saja, dari makanan sampai
pakaian. Aku sih menyarankan untuk beli oleh-oleh di Madinah saja karena
harganya terjangkau dan pilihan yang bervariasi, plus menurutku penjualnya lebih friendly dan masih muda. Jangan khwatir dengan bahasa, para penjual
di sini jago-jago berbahasa Indonesia, bahkan Bahasa Jawa. Waktu itu, ayah dan
ibu mampir di sebuah toko pakaian karena ibu ingin beli gamis. Penjualnya masih
muda, kira-kira dua tahun di bawahku dan mirip aktor favoritku, Logan Lerman (ia
seperti perpaduan antara arab dan eropa, I
think). Dia lucu banget sampai-sampai aku ketawa terus. Hahahaha, aku
bahkan merekamnya. Dan setiap aku dan ibu melewati tokonya (tokonya dekat dengan
hotelku), dia pasti menyapa kami dan kadang-kadang malah menggertak kami.
Hahahahaha, pokoknya dia lucu banget dan friendly.
Setelah empat hari di Madinah, kami akhirnya mengunjungi
Mekkah dengan memakai Ihram dan ambil miqat di Masjid Bihr Ali.
Butuh waktu lima jam ke Mekkah. Oh ya
ketika berpamitan dengan Masjid Nabawi, rasanya sangat sedih karena harus
berpisah dengan Rasul dan sahabat. Semoga aku dan keluarga akan bisa ke sana
lagi. Amin....... rombongan kami sampai di Mekkah
sekitar pukul 8 malam ketika isya’.
Di Mekkah, aku benar-benar terkesan
karena ketika memasuki waktu salat, orang-orang langsung salat di manapun
mereka berada. Ketika itu rombongan kami harus menunggu karena jalan ditutup
oleh orang-orang yang sedang melaksanakan Salat Isya’. Setelah itu kami makan malam dan mempersiapkan diri untuk umrah pertama (thawaf, sa’i, tahalul). Jumlah orang di sini berkali-kali lipat
lebih banyak dari pada di Madinah, pokoknya seperti lautan manusia. Saat
pertama kali menginjakkan kaki di Masjidil
Haram, rasanya aku gemetaran. Apalagi saat melihat ka’bah secara langsung di depan mata, rasanya percaya tidak percaya
bahwa bangunan di depanku itu adalah arah kiblat umat muslim untuk salat. Ada
rasa sangat sangat senang dan bergetar karena keindahannya. Ka’bah sangat sangat indah dan megah,
rasanya mata ini tak bisa melihat ke tempat lain selain ke ka’bah. Orang-orang satu per satu menangis, aku pun tak sanggup
untuk menahan air mata saking senangnya. Aku berdoa semoga aku dan keluargaku
bisa kembali ke sini lagi. Aminnnnn.... Alhamdulillah
semuanya lancar dan bersemangat walaupun badan agak lelah setelah perjalanan
jauh. Selesai umrah jam 2 pagi. Kamipun hanya tidur dua jam, karena jam 4 harus
berangkat ke Masjid lagi.
Berdasarkan pengalaman pribadiku, tantangan di Mekkah lebih-lebih berat daripada di
Madinah. Di Mekkah, satu jam sebelum adzan biasanya sudut-sudut di Masjidil Haram ditutup. Kalau sudah
ditutup, kalian harus mencari jalan lain yang pasti lebih jauh atau mau tak mau
salat di pelataran masjid. Aku secara pribadi tidak mau salat di pelataran
masjid, karena lebih nyaman di dalam apalagi di dekat ka’bah. Suhu di Mekkah
juga lebih lebih panas dari Madinah. Untuk salat Shubuh, aku biasanya berangkat
jam 2 atau jam 3. Jamnya sama dengan Madinah, yaitu jam 5.30 untuk shubuh. Aku
berangkat lebih awal karena aku mau salat Qiyammul
Lail di sana dan mencari tempat dekat ka’bah, juga terkadang melakukan thawaf sendiri. Untuk salat dhuhur dan ashar, aku berangkat satu setengah jam sebelum adzan. Setelah ashar, aku
dan ibu biasanya tidak pulang sampai selesai salat isya’ karena jarak hotel lumayan jauh, sekaligus itikaf di sini.
Aku sangat sangat bersyukur karena aku dan ayah
bisa memegang berbagai sudut ka’bah,
dari Hijr Ismail, Rukun Yamani,
sampai Hajar Aswad. Ini adalah tipsku
untuk bisa memegang/mencium ka’bah:
1. Carilah waktu ketika orang-orang
tidak banyak melakukan thawaf.
Biasanya orang-orang membeludak di sekitar ka’bah
ketika waktu salat wajib. Dijamin ka’bah
penuh. Aku dan orang tua menuju Masjidil
Haram jam 2 pagi, saat ini biasanya tak banyak orang (tergantung situasi,
pelajari situasinya). Kami salat qiyammul
lail, thawaf, lalu mencoba mendekat ke kabah.
2.
Sabar dan jangan
menyakiti orang lain. Jangan sampai keinginan kalian menyakiti orang lain.
3.
Jangan mudah menyerah
dan tahan banting. Didorong sampai jatuh atau kena pukul itu lumrah. Bayangkan
saja orang muslim sedunia ke sini, bagaimana tidak penuh. Jadi jangan mudah
menyerah ketika fisik kena pukul atau injak.
4. Jangan langsung
menerobos kerumunan, ikutlah arah thawaf
sambil masuk ke dalam secara pelan-pelan. Menerobos langsung akan membuat
kalian terlempar karena saking banyaknya orang.
5.
Cari celah sekecil
mungkin dan manfaatkan. Seteah bisa mencapai tujuan, cepat berdoa, jangan
lama-lama karena orang lain juga ingin berdoa di sini. Jangan egois lah
intinya.
Awal
aku bisa memegang ka’bah karena
dibantu oleh Ustadz Ulil. Selanjutnya,
aku dan ayah mempelajari situasi dan kondisi sehingga untuk hari-hari
selanjutnya, kami bisa melakukannya sendiri tanpa didampingi ustadz. Aku lupa hari ke berapa, aku
bisa hampir mencium semua sisi ka’bah
kecuali Hajar Aswad. Hajar Aswad tak pernah sepi, selalu
penuh. Jadi ya harus tahan banting dan sabar. Aku berkali-kali terlempar
setelah hampir mendekatinya. Aku mencoba berkali-kali tapi tak bisa. Ya sudah,
aku menyerah kala itu. Oh ya, aku berterima kasih kepada seorang laki-laki berbaju
putih dan bertubuh besar karena membantu menarik ibuku dan aku sehingga kami
bisa sampai di dekat Multazam (pintu ka’bah). Keesokan harinya aku ditantang
ayah untuk mencium Hajar Aswad. Akupun
sangat bersemangat dan HARUS berhasil mencium batu surga itu, mumpung ada
kesempatan. Seperti yang sebelumnya, aku masih terlempar. Saking penuhnya, kaca mataku hampir copot dan
muknahku tertarik. Kakiku diinjak-injak tapi aku tidak menyerah. Ayah kasihan
padaku, akhirnya beliau menarikku ke Rukun Yamani yang posisinya di dekat ka’bah. Ada cela sedikit, aku langsung
mendekat ke Hajar Aswad. Kebetulan aku
berada di belakang seorang laki-laki bertubuh sangat besar. Aku berharapnya ia
menarikku ke depan. Eh dia malah kejebak di depan Hajar Aswad dan tak bisa kembali, ia akhirnya menjatuhkan tubuh
besarnya ke belakang aka ke arahku. Aku rasanya seperti roboh saking beratnya. Aku
tak tahu tiba-tiba setelh itu aku berada di depan Haja Aswad dan berhasil menciumnya. Ketika mencium Hajar Aswad, otakku blank, bingung mau berdoa apa saking kaget dan senangnya. Aku hanya
berdoa agar aku dan keluarga dipanggil ke sini lagi. Setelah itu aku keluar
dari kerumunan. RASANYA BENAR-BENAR LEGA DAN SEPERTI MENANG LOTRE.
Alhamdulilahhhhhh......
Di
Mekkah, kami diajak ke Jabal Magnet, Jebal Uhud, Jabal Rahman, Museum Ka,bah, dan lain-lain. Sampai tak terasa
kami pun harus pulang. Kami melakukan Thawaf
Wa’dha untuk berpamitan. Aku berdoa sekali lagi, aku ingin sekaliiiiiiiiii
kembali ke sini. Amin Amin Amin. Kami pun check
out dan menuju ke Gorniche, pusat perbelanjaan. Di sana aku bertemu dengan
sepupuku, Dek Verry yang telah bekerja di Arab selama enam tahun. Yaaa ceritanya
agak menyedihkan. KTPnya disita oleh majikan sehingga ia tak bisa pulang ke
Indonesia kecuali ia harus dipenjara selama tiga bulan. Namanya manusia, tak
peduli orang mana, bahkan orang dari negeri Islam pun juga bisa berbuat keji. Aku
hanya berharap Dek Verry bisa kembali ke Indonesia secepatnya. Amin. Setelah itu
kami menuju Laut Merah untuk melakukan Salat
Dhuhur dan Isya. Sampai di sini
kisahku perjalanan religiusku semoga bermanfaat. Oh iya, hobiku di Arab adalah
memotret anak-anak kecil. Anak kecil di sana lucu, cantik, ganteng, pokoknya
bikin gemas. Tak heran di smartphoneku
dipenuhi foto anak-anak kecil.
Pesan
terakhirku adalah, umrah dan Haj itu memang panggilan dari Allah. Walaupun
harta berlimpah, tak semua orang kaya bisa ke sana karena aku telah mengalami
hal itu. Memang benar ke tanah suci hanyalah untuk orang-orang yang dipanggil
oleh Allah SWT. Bahkan kemarin ada seorang kakek yang hanya berprofesi sebagai
penjual jagung bakar. Beliau mampu pergi ke tanah suci. Jadi, untuk kalian
semua khususnya anak muda. Jika finansial dan fisik kuat, lupakan sejenak
jalan-jalan ke Korea, Inggris atau ke manapun, ayo jadi tamu Allah. Allah akan
menyambutmu di tanah suci ini dengan pengalaman spiritual yang luar biasa ;) *Foto akan diupload