MAMPIR KE RUMAH MUSLIM KAMBOJA, KAMPONG CHAM
05.14
Bulan lalu, tepatnya tanggal 14-17 November 2017 saya akhirnya berangkat ke Kamboja untuk mengikuti volunteering program. Namun, baru sempat nulis karena kemarin2 sempat bed rest dan sibuk dengan pekerjaan. So, here is a glimpse of my experience :
Kampong Cham adalah salah satu provinsi di Kamboja yang merupakan tempat tinggal bagi sebagian besar suku Cham, yaitu etnis yang berasal dari Kerajaan Champa yang beragama Islam. Muslim adalah agama terbesar kedua di Kamboja yang hampir semua berasal dari etnis Cham berjumlah 550,000 orang. Etnis Cham adalah etnis minoritas kedua terbesar seteleh etnis Vietnam yang ada di Kamboja. Kondisi perekonomian suku Cham tidak begitu baik. MAyoritas mata pencaharian mereka adalah petani, buruh dan nelayan. Dengan biaya hidup yang tinggi di Kamboja dan menjadi etnis minoritas, Suku Cham yang kebanyakan termasuk warga kurang mampu, tidak bisa mendapat bantuan dari negaranya sendiri. Bantuan yang paling sering datang biasanya berasal dari Malaysia. Pelaksanaan qurban pun tidak selalu setiap tahun diadakan. Mereka merayakannya jika ada yang mampu berqurban. Perbedaannya dengan warga Muslim kurang mampu di Indonesia adalah banyak orang yang bisa menjadi penyalur infaq karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sedangkan di Kamboja, penduduk yang beragama Islam hanya sekitar 5%. (Sumber :https://ifs.or.id/ffi-cambodia/)
Program kali ini diselenggarakan oleh Intercultural Friendship Society yang bekerjasama dengan Banana Pirates (Sociotraveler Community) untuk membangun Madrasah dikarenakan selama ini belum ada madrasah atau tempat belajar bagi anak-anak Kampong Cham. Mereka biasanya belajar di emperan rumah dengan bermodalkan kayu untuk papan tulis, meja, dan kursi. Layak merupakan kata yang susah terucap ketika meihat kondisi real tempat anak-anak belajar ini. Salah satu motivasi untuk mengikuti program ini adalah mewujudkan cita-cita saya untuk bisa membantu saudara sesama Muslim di wilayah minoritas Muslim. Ketika diumumkan jika saya terpilih, hanya kata Alhamdulilah yang mampu terucap saking senangnya.
Kampong Cham adalah salah satu provinsi di Kamboja yang merupakan tempat tinggal bagi sebagian besar suku Cham, yaitu etnis yang berasal dari Kerajaan Champa yang beragama Islam. Muslim adalah agama terbesar kedua di Kamboja yang hampir semua berasal dari etnis Cham berjumlah 550,000 orang. Etnis Cham adalah etnis minoritas kedua terbesar seteleh etnis Vietnam yang ada di Kamboja. Kondisi perekonomian suku Cham tidak begitu baik. MAyoritas mata pencaharian mereka adalah petani, buruh dan nelayan. Dengan biaya hidup yang tinggi di Kamboja dan menjadi etnis minoritas, Suku Cham yang kebanyakan termasuk warga kurang mampu, tidak bisa mendapat bantuan dari negaranya sendiri. Bantuan yang paling sering datang biasanya berasal dari Malaysia. Pelaksanaan qurban pun tidak selalu setiap tahun diadakan. Mereka merayakannya jika ada yang mampu berqurban. Perbedaannya dengan warga Muslim kurang mampu di Indonesia adalah banyak orang yang bisa menjadi penyalur infaq karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sedangkan di Kamboja, penduduk yang beragama Islam hanya sekitar 5%. (Sumber :https://ifs.or.id/ffi-cambodia/)
Program kali ini diselenggarakan oleh Intercultural Friendship Society yang bekerjasama dengan Banana Pirates (Sociotraveler Community) untuk membangun Madrasah dikarenakan selama ini belum ada madrasah atau tempat belajar bagi anak-anak Kampong Cham. Mereka biasanya belajar di emperan rumah dengan bermodalkan kayu untuk papan tulis, meja, dan kursi. Layak merupakan kata yang susah terucap ketika meihat kondisi real tempat anak-anak belajar ini. Salah satu motivasi untuk mengikuti program ini adalah mewujudkan cita-cita saya untuk bisa membantu saudara sesama Muslim di wilayah minoritas Muslim. Ketika diumumkan jika saya terpilih, hanya kata Alhamdulilah yang mampu terucap saking senangnya.
Sebelum menempuh perjalanan ke Kampong Cham, kami mampir dulu ke kedutaan Republik Indonesia di Pnom Penh. Kami disambut dengan sangat antusias. Sayangnya, saat itu Bapak Menu tidak ada di kantor tapi ada bu wakil yang siap menjelaskan mengenai Kamboja as a whole. Ditemani kripik khas Indonesia (lupa kripik apa) dan secangkir teh kami menikmati segala percakapan yang cukup singkat itu. Guess what's next? Sesi foto pastinya :))))))
Berdasarkan jadwal program, saya dan teman-teman
akan menuju Kampong Cham dari kedutaan Indonesia di Phnom Penh menggunakan kendaraan sejenis elf dengan menempuh jarak ±6 jam (entah berapa kilo). Jujur, fisik
rasanya lelah setelah melakukan penerbangan kemudian dilanjut perjalanan darat.
Namun, ketika sampai di sana kami disambut dengan sangat antusias oleh warga,
rasa lelah tiba-tiba menghilang. Ketika menginjakkan kaki di Kampong Cham, kami
disambut dengan salam, pelukan, dan senyuman. I could not stop smiling since I was more than happy. Kami pun
langsung dipersilakan untuk makan malam. Lauknya kalau tidak salah adalah ayam
goreng dan nasi hangat. Karena mereka memasaknya dengan cara alami, yaitu
menggunakan kayu bakar, rasa nasi menjadi lebih lezat. Setelah itu, para wanita
diantar ke rumah Kepala Desa sebagai tempat tinggal sementara. Sedangkan bagi
para lelaki, mereka tinggal di masjid. Tipikal rumah di daerah ini mirip dengan
rumah adat di daerah Sumatera yang merupakan rumah panggung. Untuk ruangan di
dalam rumah hanya dipisah dengan sekat berupa tirai. Untuk pasokan listrik bisa
dibilang sangat kurang, tidak ada lampu di jalan. Jadi ketika malam hari, harus
berhati-hati apabila berjalan sendirian. Dan jangan kaget juga jika diikuti
oleh anjing.
Keesokan harinya, kami berkumpul sekitar pukul 8
pagi untuk sarapan. Sarapan kali ini adalah bubur. Mirip bubur ayam tanpa
krupuk dan dikasih daun tjie (?) dan
toge. Lalu dilanjut dengan briefing singkat
dan pengajaran. Pelajaran pertama adalah budaya Indonesia dengan tutor Kak
Hana, kak Riqa, dan Kak Rania. Mereka memperkenalkan secara singkat mengenai
Indonesia dengan bantuan translator Rofiqin
(Orang Kamboja yang mampu berbahasa Inggris). Di Kamboja menggunakan dua
bahasa, Bahasa Cham dan Khmer. Kelas budaya diakhiri dengan menggambar.
Selanjutnya adalah Kelas Bahasa Inggris dengan tutor Kak Desgia, saya, Kak
Tegar, dan Kak Meisy. Kami mengajar materi dasar seperti abjad, angka, dan
nama-nama buah dan binatang. Setelah beberapa menit mengajar kami menyimpulkan
bahwa anak-anak ini hanya menghafal dan kurang mengerti artinya. Kami mencoba
untuk membat mereka mengerti (tidak hanya sekadar hafal) but well, it sounded like difficult. Kami membuat semacam kuis di
setiap seksi dengan hadiah berupa keychains
yang dibawa oleh Kak Tegar dari Lampung. Setelah Kelas Basic English dilanjutkan oleh fun
science yang dibawakan oleh Kak Rama, Kak Maya, Kak Yuli, dan Kak Yuni.
Sebelum dimulai, kami menari baby shark untuk
membangkitkan semangat. Kelas fun science
pun dimulai sekitar jam tiga sore. Such
an experince. Di sore hari, kami memutuskan untuk bermain bersama dengan
adek-adek, dari main bola voli sampai main permainan tradisional. Malam
harinya, kami melakukan evaluasi di masjid. Setelah itu di saat teman-teman
lainnya istirahat, saya meminta Rofiqin untuk mengajari Bahasa Cham. Huft…………………
Lumayan susah cara pronunciation nya.
However, thank you Rofiqin for the time
and the patience while getting me taught.
Keesokan harinya, kami mengunjungi madrasah di daerah lainnya dengan
menaiki semacam pick up tradisional. Not sure namanya apa but it was such an experience. Kebanyakan madrasah mereka dibangun dengan
sederhana dan serba kekurangan. Kekurangan kelas, alat tulis, dan lain-lain. How I wished I could help them out.
Bahkan ada bentuk madrasahnya yang
serupa rumah karena tak ada tempat lain. Huhuhu sedih lihatnya. Di sana, kami
dijamu oleh kepala desa yang lain. Guess
what mereka menyediakan fried chicken
+ mayonnaise. Rasanya seperti
surga banget, akhirnya bisa lihat makanan ini. Sebelum balik, kami mengunjungi
kebun rempah-rempah dan tempatnya subur dan mengingatkanku akan setting di film Harry Potter : Goblet of Fire di pertandingan akhir. Setelah
puas berkeliling, kami pun pulang. Tanpa rasa lelah, kami langsung mengajar Basic English lagi. Materi masih sama,
hadiahnya hari itu adalah bookmarks
dan cute eraser. Dilanjutkan dengan fun science dan Hidup Sehat. Di sore
hari ada peresmian pembangunan Madrasah.
Alhamdulillah akhirnya Kampong Cham
akan mempunyai madrasah sendiri.
Ketika malam, kami membagikan cendera mata kepada warga dan ada sedikit drama
yang lebih asyik dari drama korea, yaitu drama Desgia-Farrin (salah satu adek
di Kampong Cham). Awalnya Farrin itu super pemalu dan tanpa ekspresi, entah apa
yang dilakukan Desgia sehingga Farrin bisa nempel. Dua-duanya terisak
sampai-sampai Farrin mau tidur di Masjid dengan Desgia (Walaupun akhirnya tidak
jadi). Malam itu pun sedih, sangat sedih karena itu adalah malam terakhir
sebelum kami balik.
Esoknya, pagi-pagi sekali sekitar jam 5 pagi, kami
berpamitan. Ada yang menangis dan saya benar-benar sedih. Rasanya 3 hari
tidaklah cukup. Tiga hari itu sangat kurang tapi cukup untuk mengajarkan saya
untuk bersyukur tinggal di Indonesia dimana masyarakat Muslim dimana-mana,
mencari bantuan juga cukup mudah. Adek-adek Kampong Cham juga mengajarkan saya
bagaimana tetap semangat di saat menghadapi kondisi yang kurang. Mereka tak
lelah belajar, sangat antusias, pintar, ramah, dan ada yang nakal (maklum
karena anak kecil). Semoga program pembangunan madrasah ini berlangsung lancar agar adek-adek Kampong Cham tidak
harus jauh-jauh dan bergantian untuk pergi ke sekolah. And the last saya mengucapkan terima kasih banyak kepada panitia
IFS dan Banana Pirates atas
kesempatan yang diberikan. Dan fyi, membantu kaum Muslim minoritas di negara
lain adalah salah satu cita-cita terbesar saya. Semoga setelah ini, saya bisa
balik lagi ke Kampong Cham. Amin. Eh iya, sebelum berangkat ke Phnom Penh International Airport, kami mampir ke Al-Serqal Mosque and it was totally great untuk salat dhuhur. Di sana kebetulan ada penjual makanan semacam burger. Saya beli seacam egg bread yang ternyata adalah makanan mirip martabak telur tanpa daging dan sayuran. Lumayanlah. Shopping timeeee at Central Market. I bought tonnes of key chains, a sing bag, a tote bag, wall decorations (?), t-shirts, and a scarf (Those are for people around me. I forgot to buy for myself). To be honest, I never thought that I would be that good at bargaining but some of friends praised me and even the seller. Well, I am not good at bargaining in Indonesian but English :)))
Bagi Kalian yang ingin membantu atau ingin berdonasi untuk pembangunan Madrasah di Kampong Cham, bisa lewat kitabisa (Cick it). Yuk, pada donasi. Mereka belum punya madrasah, mari ikut mewujudkan cita-cita mereka untuk membangun sekolah Islam di Kampong Cham.
Phnom Penh International Airport |
At Indonesian Embassy for Phnom Penh |
Sarapan bubur (Mirip bubur ayam ya) |
Teaching Time |
After Playing Around |
At Al-Serqal Mosque |
First Day of Teaching |
English Class (Mereka belajar di emperan rumah karena tak punya sekolah) |
With these Cuties |
With the Boys |
Flags of Indonesia and Cambodia |
Rumah Panggung |
Al-Serqal Mosque |
Sekolah Sementara di Emperan Rumah |
2 komentar
Promo Bonus: UANG TUNAI
BalasHapus- Bonus UANG TUNAI Extra 10% (New Member)
- Bonus UANG TUNAI Extra 5% (Setiap harinya)
- Bonus UANG TUNAI RakeBack Tanpa Minimal T.O (HOT Promo)
- BONUS SAHUR UANG TUNAI
Bonus Sahur Khusus di jam 03.00 s/d 06.00
- BONUS NGABUBURIT UANG TUNAI
Bonus Ngabuburit Khusus di jam 17.30 s/d 20.30
WhastApp : 0812-9608-9061
Lnk : WWW. POKERAYAM. TOP
langsung bisa coba dahulu dengan nominal deposit Rp 10.000,-kamu tidak akan menyesal bergabung dengan VITAPOKER. Selamat Bergabung dan Salam Jackpot !
BalasHapusPromo Terbaru Poker Online – Promo Menjelang Ramadhan Pokervita 1440 Hijriah
KLIK SINI LANGSUNG!!!
Informasi Lebih Lanjut:
| Whatsapp : +62 812-222-2996
|lINK KAMI di : WWW.POKERVITA.VIP