Suriah
adalah negara yang terletak di Timur Tengah dan beribukota di Damaskus. Negara
ini menjadi sorotan dunia sekitar di tahun 2011 dikarenakan konflik internal
antara pihak pemerintah dan oposisi yang berlanjut hingga sekarang. Sebelumnya
banyak pihak, khususnya para ulama di Indonesia yang hanya menyoroti konflik di
Suriah sekadar karena Bassar Al-Assad adalah seorang Syiah. Padahal, itu
hanyalah salah satu faktor. Berikut
adalah rentetan konflik yang ada di Suriah.
Faktor-Faktor Pemicu Konflik di
Suriah
Kesenjangan
Ekonomi. Pada 16 Juni 2000 produksi minyak di Suriah
mengalami penurunan menjadi 400000 barel per hari, angka kelahiran tinggi, dan
pendapatan perkapita menurun. Perubahan iklim yang ekstrem sepuluh tahun
belakangan menyebabkan kekeringan. Hal ini mempengaruhi sektor pertanian yang
yang menghasilkan 20% GDP Suriah.
Kebijakan
militer. Awal tahun 1985, Hafez Al-Assad mengucurkan dana
sebesar 3,5 Miliar dolar Amerika atau 35% dari anggaran belanja negara guna
membangun sector pertahanan. Pembelian peluru lalu dilakukan pada tahun 1986
sehingga ada kesan bahwa pemerintah Suriah hanya ingin memajukan sektor miter.
Sunni-Syiah.
Negara Suriah didominasi oleh kaum Sunni sebesar 90%, sedangkan kaum syiah tak
mencapai angka 10%. Namun dengan jumlah sebanyak itu kaum Syiah di Suriah mampu
mendominasi dikarenakan presiden mereka juga menganut aliran ini.
Awal konflik di tahun 2011, Konflik
Internal
Lamanya
kekuasaan oleh keluarga Assad, yaitu Hafeez Assad lalu digantikan oleh anaknya,
Bassar As-Assad selama kurang lebih 50 tahun, telah menimbulkan berbagai macam
permasalahan di dalam negeri Suriah. Penyebab konflik adalah politik dan
geologis. Pertama diebabkan oleh kepentingan politik, permasalahan yang
dihadapi yaitu kesenjangan sosial antara kelompok pemerintah degan warga sipil.
Kedua disebabkan oleh perbedaan ideologis, yaitu sunni dan syiah. Konflik Suriah awalnya terjadi ketika
para demonstran berunjuk rasa menentang rezim presiden Bashar Al-Assad
(reformasi) pada tanggal 26 Januari 2011 dan meluas menjadi pemberontakan nasional.
Pada tanggal 20 Maret 2011, para demonstran membakar kantor pusat Partai
Ba’ath dan bangunan lainnya. Bentrokan berikutnya memakan korban 7 anggota
polisi dan 15 demonstran. 10 hari kemudian, Presiden Bashar Al Assad berpidato
menyalahkan propaganda “konspirator asing” Israel terhadap aksi unjuk rasa. Pemberontakan
bersenjata dimulai pada tanggal 4 Juni di Jisr al-Shugur, sebuah kota di
provinsi Idlib dekat perbatasan Turki, setelah pasukan keamanan yang berada di
atap kantor pos menembaki ke arah pemakaman demonstrasi. Kemudian para pelayat demonstransi
membakar gudung, membunuh 8 petugas keamanan, dan kemudian menyerbu sebuah
kantor polisi, dan merebut senjata dari kantor tersebut. Kekerasan terus
berlanjut dan meningkat hingga hari-hari berikutnya hingga saat ini.
Campur Tangan Pihak Luar
Untuk
mengatasi konfik yang tak kunjung usai, beberapa pihak luar mulai ikut campur
dalam upaya mentasi konflik di Suriah, tentunya negara-negara tersebut
mempunyai kepentingan masing-masing. Pihak pendukung kubu Bassar Al-Assad
adalah: Rusia, Iran, Irak, Cina, Korea Utara, Kuba, Venezuela, Aljazair,
Belarusia, Angola, dan Sudan. Sedangkan pihak pendukung oposisi adalah: Amerika
Serikat, Arab Saudi, Qatar, Turki Libya, Uni Eropa, Israel, NATO, dan Irak. Rusia
memiliki hubungan bisnis dan historis yang cukup panjang dengan rezim Assad.
Rusia juga menganggap bahwa pertempuran tersebut menjadi pertaruhan gengsi
antara Rusia dengan AS. Lain halnya dengan Iran, Iran mendukung kelompok
pemerintah karena memiliki kedekatan secara aliran dengan presiden Assad yang
sama-sama menganut pahak syiah. Cina memiliki kepentingan bisnis secara umum di
sektor gas dan minyak. Bagi Arab Saudi, dengan mendukung pihak oposisi Suriah
mereka mendapat keuntungan secara ekonomi maupun politik. Secara ekonomi mereka
bisa mendapatkan keuntungan dari naiknya harga minyak. Dari politik, jika Assad
jatuh, mereka akan menambah satu sekutu bari di Negara Arab.
Mengapa
Suriah Dijadikan sebagai Terget?
Proxy
war (Proxy War adalah sebuah
perang yang terjadi antara dua negara atau kubu dimana negara2 tersebut tidak
terlibat secara langsung, melainkan melibatkan pihak ketiga) terhadap Suriah diiringi
dengan kebijakan konsisten AS yang telah mendominasi energi kaya Timur Tengah. Meskipun
Suriah bukanlah produsen utama minyak, satu penjelasan tertentu yang mempertimbangkan
mengapa Suriah menjadi target adalah penemuan pada tahun 2007 cadangan gas alam
terbesar yang diketahui berada di Teluk Persia, yang mana kemudian dibagi antara
Iran dan Qatar. Iran kemudian meluncurkan proyek PARS Pipeline, yang mengarah
pada pembangunan pipa dari Teluk Persia, melalui Irak, dan berakhir di pantai
Mediterania Suriah.
Sejauh
ini pembangunan pipa telah mencapai penggiran kota Damaskus dan diharapkan akan
selesai tahun depan. Sementara itu beberapa tahun terakhir ini Uni Eropa telah
cemas atas diversifikasi (ketergantungan) sumber energi, dan akhirnya memulai
proyek pipeline Nabucco pada tahun 2009, yang mana berawal dari laut Kaspia
melalui kaukasus, Turki, dan Balkan dengan harapan mengurangi ketergantungan
Uni Eropa terhadap gas alam Rusia. Uni Eropa berharap pemasok(sumber) gas alam berasal
dari Irak, Azerbaijan, Turkmenistan, dan Mesir. Namun proyek Nabucco tersendat
beberapa bulan lalu dikarenakan masalah sengketa, sementara saingannya yaitu
pipeline South - Stream Rusia yang melintasi Laut Hitam melalui rute menuju
Eropa
telah sukses dibangun.
Setelah
kedua proyek ini beroperasi penuh, itu akan berarti Uni Eropa menerima
seperempat gas alam dari Rusia, dimasa mendatang akan bergantuung pada Iran dan
Rusia hingga 50% dari pasokan gas alam. Akibatnya Qatar, dengan porsi gas alam Teluk
Persia, mengetahui akan kehilangan kompetisi memasok langsung ke Uni Eropa.
Problem inilah yang menjadi motivasi utama Qatar dalam menggulingkan
pemerintahan Suriah sebagai sarana menyabotase PARS Pipeline.
Permasalahan tentang ISIS
ISIS
muncul karena campuran tiga fenoena yang saling berurutan. Pertama, invasi AS
terhadap Irak pada tahun 2003. Kedua, pemerintahan boneka bermahzab syiah pengganti Saddam Husein yang
dibentuk AS telah melakukan diskriminasi sistematis terhadap mayoritas pengikut
mazhab sunni yang melahirkan ISI, Islamic State in Iraq, sebuah gerakan
resistensi local warga Iak yang dipimpin oleh Abu Mushab Al-Zarqawi terhadap
invasi AS. Ketiga, ketika konflik di Suriah pecah, ISI melakukan ekspansi ke
wilayah Suriah dengan mengubah naman menjadi ISIS, Islamic State in Iraq and Syria. Tujuan dibentuknya ISIS adalah
untuk mendirikan negara Islam, ISIS dengan mudahnya mengkafirkan selain Islam
bahkan sesame Islam tapi beda ideologi.
Solusi Konflik Suriah
Berbagai
cara dilakukan PBB untuk menyelesaikan konflik di Suriah, di antaranya embargo
ekspor-impor barang di Suriah, pembekuan asset, hingga pengutusan mantan sekjen
PBB Kofi Annan untuk membawa proposal damai, namun upaya tersebut beum
membuahkan hasil yang signifikan demi tercapainya perdamian di Suriah.
Tambahan dari blog Seorang Warga Negara Suriah yang Sekarang Menetap di Qatar
“It’s not proxy war, it’s a war with a proxy
element.”
Mau bantu warga Suriah? Cek IG @misimedissuriah (atau kalian bisa cari lembaga sosial manapun yang kalian percaya, yang penting yuk berbagi ke sesama saudara kita ;)
Mau bantu warga Suriah? Cek IG @misimedissuriah (atau kalian bisa cari lembaga sosial manapun yang kalian percaya, yang penting yuk berbagi ke sesama saudara kita ;)
Sumber : Jurnal UI, UGM, dan UNY