“Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya
Ananta Toer, Penulis.
Banyak orang
beropini bahwa menjadi seorang penulis adalah pekerjaan yang mudah dan kurang
menguntungkan (kecuali karyanya menjadi best
seller). Mereka hanya memerlukan sebuah meja, kursi, laptop, dan charger
pastinya. Menulis memang mudah, mayoritas orang di dunia bisa menulis. Namun,
“menulis saja” dan “menulis indah” jelaslah berbeda. Setiap orang bisa menulis
apa pun sesuai keinginan dan kebutuhan, misalnya menulis puisi, cerita, diary, dan lain-lain. Tiap-tiap komponen
penulisan tersebut mempunyai tujuan berbeda, maka tata caranya juga pasti
berbeda. Contoh sederhananya seperti ini, kamu menulis diary dan temanmu menulis puisi. Menulis diary tidak ada tata cara atau struktur yang mengikat, tujuannya
pun hanya menceritakan kejadian yang kamu alami. Sedangkan, menulis puisi
mempunyai tata cara atau struktur sendiri, yaitu struktur fisik dan batin.
Begitu pun dengan jenis-jenis tulisan lainnya.
MENGAPA MENULIS ITU PENTING?
Sebenarnya jawaban
atas pertanyaan di atas adalah sesuai individu. Untuk individu yang suka dunia
tulis-menulis, menulis adalah media bagi mereka untuk merealisasikan sesuatu
yang tidak bisa terjadi di kehidupan nyata namun bisa dituangkan dan dinikmati
oleh banyak orang (tulisan fiktif). Selain itu, menulis juga bisa memaparkan
atau menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi di kehidupan nyata (tulisan
non-fiktif). Namun, untuk individu yang tidak suka menulis, menulis hanya
kegiatan yang membuang-buang waktu dan butuh pemikiran. Semua itu memang
kembali ke individu masing-masing. Secara umum, tujuan menulis adalah menuangkan
ide dan gagasan, mendapatkan uang
(pekerjaan), menghilangkan stress,
mencegah kepikukan, dan mengenang suatu peristiwa.
WRITER
WANNABE, WHY NOT?
Saya seorang mahasiswi Teknik
Industri. Lalu mengapa seorang mahasiswi teknik bermimpi menjadi penulis?
Karena saya mencintai kegiatan ini. Kecintaan saya terhadap menulis bermula ketika saya berada di tingkat
dua SMP (Sekolah Menengah Pertama), saya mendapat tugas untuk meresensi sebuah
novel. Tugas ini berat dan membutuhkan stamina untuk memertahankan mata agar
tetap terjaga untuk membaca. Lihat saja novel itu berapa halaman. Namun, karena
ini tugas mau tak mau harus dikerjakan. Novel pertama yang saya baca berjudul “Porcupine, Menjadi Kakak”, sebuah novel teenlit terjemahan. Wow, novel tersebut
bagus sekali dalam segi isi dan tata cara penyampaiannya. Sampai sekarang, saya
masih sering membaca novel tersebut. Sejak itu, lama-kelamaan saya menjadi
pecinta karya fiktif. Puluhan novel saya beli, tidak hanya novel fiktif namun
juga novel motivasi (mirip dengan biografi). Suatu hari saya mengetahui seorang
teman dengan usia sama memenangkan lomba menulis (cerita pendek, essai, blog), hal tersebut semakin membuat saya
ingin menulis. Awalnya sih tergiur oleh hadiahnya, karena ada salah satu teman
yang mendapat hadiah berupa tiket summer
course ke Belanda selama dua minggu dengan hanya menulis tentang negara
Belanda sebagai pioneer country. How luck are you ! Lama-kelamaan, saya
menyadari bahwa menulis tidak sekadar mendapat hadiah, namun bagaimana tulisan
tersebut mampu mendorong seseorang untuk mengikuti jejakmu sebagai writer wannabe dan memberikan positive impact ke lingkungan.
IT WAS HARD, FUN, AND FULL OF STRUGGLES
Menjadi seorang
penulis masih menjadi salah satu mimpi (semoga terkabul). Saya ingin suatu hari
bisa membuat sebuah karya masterpiece,
misalnya novel. Namun, untuk sekarang keinginan tersebut masih sangat jauh.
Saya masih dalam tahap belajar untuk membuat suatu karya yang bagus dan diakui.
Salah satu caranya adalah dengan megikuti beberapa lomba menulis.
Mengapa ikut lomba
menulis itu penting ? Pastinya untuk membandingkan karyamu dengan karya orang
lain. Dengan itu, kita akan tahu apakah pantas kita disebut sebagai seorang
penulis.
Untuk mencapai
tingkat menulis novel, saya jelas belum bisa. Maka dari itu, saya memulainya
dengan membuat cerita pendek, essai, dan artikel. Banyak cerita pendek yang
telah saya buat untuk diikutsertakan di berbagai lomba, di antaranya, “Kain
Coklat Nenek”,”Perbedaan di Hari Kemerdekaan”,”Pelajaran dari Kota Cahaya”,“Diagram
Stabilitas”, dan ”Segenggam Perjuangan di Bukit Harapan”, “Surat dari
Malaikat”, dan “Es Buah untuk Bunda”. Kalian tahu, bahwa dari semua cerita
pendek tersebut tidak ada yang menang ?
Mengirim banyak
cerita pendek namun tidak ada satu pun yang menang. Bagaimana dengan essai ?
Hanya satu kali. Bukan satu kali mendapat kemenangan, namun satu kali masuk 20
essai nasional terbaik oleh IEX dengan tema “Guru Inspirasi”. Hal itu baru 20
besar, belum mencapai tahap 10 besar atau lima besar atau pun tiga besar. Essai
gagal karya saya yang lain adalah “Small
Changes to Indonesia”,”Cerdas, Bertanggung Jawab, dan Berkarakter”, dan
”Mengapa Harus Social Entrepreneur?”
Semuanya GATOT alias Gagal Total.
Cerpen, belum
sukses. Essai bernasib sama seperti cerpen. Bagaimana dengan menulis artikel di
blog ? Sama, hanya sekali. Satu kali
masuk 50 besar dengan judul ”Gara-Gara Bule”. Artikel blog saya yang lain adalah “Jamu, Kreativitas Indonesia”,”Jomblo
Bukan Sebuah Petaka”,”Ibuku, Masa Depanku”,”Lima Menit Kebahagiaan”, dan “Kaya
bin Halal”, “Kebelet ke Old Trafford”, “Inggris: Negara Sejuta
Kharisma”, “Teropong Pengintip Inggris” dan “Englandhicus Kebeletichus”. Hasilnya masih sama, sama-sama belum
sukses.
Kecewa ? Pasti.
Sedih ? Pasti.
Masih semangat menulis ? Pasti.
Untuk teman-teman
yang merasa lebih beruntung dari saya, bersyukurlah. Karena perjuangan dan doa
tidaklah cukup, Allah akan memberi waktu yang tepat untuk kita merasakan sebuah
kesuksesan. Sampai sekarang, saya BELUM PERNAH mendapat kemenangan dan pengakuan,
mungkin suatu hari. Walaupun begitu, saya akan tetap menulis, karena memang
menulis telah menjadi sebuah hobby. Semoga
suatu saat saya bisa menjadi fully writer,
tidak hanya writer wannabe. Keep writing!
“Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka
pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi.” Helvy Tiana
Rosa, Penulis.
Tulisan ini disertakan dalam lomba menulis dengan tema "Mengejar Mimpi" oleh Mimpi Properti
Yuk teman-teman semua yang ingin meraih mimpi lewat menulis, segera ikuti lomba menulis ini dengan tema "Mengejar Mimpi"
Mau ikut lombanya? Klik-> http://www.kontesmimpiproperti.com/
Link Mimpi Properti -> http://mimpiproperti.com/
Yuk Ikutan