TULISAN SEORANG PENULIS (WANNABE)

21.50



“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya Ananta Toer, Penulis.

Banyak orang beropini bahwa menjadi seorang penulis adalah pekerjaan yang mudah dan kurang menguntungkan (kecuali karyanya menjadi best seller). Mereka hanya memerlukan sebuah meja, kursi, laptop, dan charger pastinya. Menulis memang mudah, mayoritas orang di dunia bisa menulis. Namun, “menulis saja” dan “menulis indah” jelaslah berbeda. Setiap orang bisa menulis apa pun sesuai keinginan dan kebutuhan, misalnya menulis puisi, cerita, diary, dan lain-lain. Tiap-tiap komponen penulisan tersebut mempunyai tujuan berbeda, maka tata caranya juga pasti berbeda. Contoh sederhananya seperti ini, kamu menulis diary dan temanmu menulis puisi. Menulis diary tidak ada tata cara atau struktur yang mengikat, tujuannya pun hanya menceritakan kejadian yang kamu alami. Sedangkan, menulis puisi mempunyai tata cara atau struktur sendiri, yaitu struktur fisik dan batin. Begitu pun dengan jenis-jenis tulisan lainnya.

MENGAPA MENULIS ITU PENTING?

Sebenarnya jawaban atas pertanyaan di atas adalah sesuai individu. Untuk individu yang suka dunia tulis-menulis, menulis adalah media bagi mereka untuk merealisasikan sesuatu yang tidak bisa terjadi di kehidupan nyata namun bisa dituangkan dan dinikmati oleh banyak orang (tulisan fiktif). Selain itu, menulis juga bisa memaparkan atau menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi di kehidupan nyata (tulisan non-fiktif). Namun, untuk individu yang tidak suka menulis, menulis hanya kegiatan yang membuang-buang waktu dan butuh pemikiran. Semua itu memang kembali ke individu masing-masing. Secara umum, tujuan menulis adalah menuangkan ide  dan gagasan, mendapatkan uang (pekerjaan), menghilangkan stress, mencegah kepikukan, dan mengenang suatu peristiwa.

WRITER WANNABE, WHY NOT?

Saya seorang mahasiswi Teknik Industri. Lalu mengapa seorang mahasiswi teknik bermimpi menjadi penulis? Karena saya mencintai kegiatan ini. Kecintaan saya terhadap menulis bermula ketika saya berada di tingkat dua SMP (Sekolah Menengah Pertama), saya mendapat tugas untuk meresensi sebuah novel. Tugas ini berat dan membutuhkan stamina untuk memertahankan mata agar tetap terjaga untuk membaca. Lihat saja novel itu berapa halaman. Namun, karena ini tugas mau tak mau harus dikerjakan. Novel pertama yang saya baca berjudul “Porcupine, Menjadi Kakak”, sebuah novel teenlit terjemahan. Wow, novel tersebut bagus sekali dalam segi isi dan tata cara penyampaiannya. Sampai sekarang, saya masih sering membaca novel tersebut. Sejak itu, lama-kelamaan saya menjadi pecinta karya fiktif. Puluhan novel saya beli, tidak hanya novel fiktif namun juga novel motivasi (mirip dengan biografi). Suatu hari saya mengetahui seorang teman dengan usia sama memenangkan lomba menulis (cerita pendek, essai, blog), hal tersebut semakin membuat saya ingin menulis. Awalnya sih tergiur oleh hadiahnya, karena ada salah satu teman yang mendapat hadiah berupa tiket summer course ke Belanda selama dua minggu dengan hanya menulis tentang negara Belanda sebagai pioneer country. How luck are you ! Lama-kelamaan, saya menyadari bahwa menulis tidak sekadar mendapat hadiah, namun bagaimana tulisan tersebut mampu mendorong seseorang untuk mengikuti jejakmu sebagai writer wannabe dan memberikan positive impact ke lingkungan. 

IT WAS HARD, FUN, AND FULL OF STRUGGLES

Menjadi seorang penulis masih menjadi salah satu mimpi (semoga terkabul). Saya ingin suatu hari bisa membuat sebuah karya masterpiece, misalnya novel. Namun, untuk sekarang keinginan tersebut masih sangat jauh. Saya masih dalam tahap belajar untuk membuat suatu karya yang bagus dan diakui. Salah satu caranya adalah dengan megikuti beberapa lomba menulis.
Mengapa ikut lomba menulis itu penting ? Pastinya untuk membandingkan karyamu dengan karya orang lain. Dengan itu, kita akan tahu apakah pantas kita disebut sebagai seorang penulis.
Untuk mencapai tingkat menulis novel, saya jelas belum bisa. Maka dari itu, saya memulainya dengan membuat cerita pendek, essai, dan artikel. Banyak cerita pendek yang telah saya buat untuk diikutsertakan di berbagai lomba, di antaranya, “Kain Coklat Nenek”,”Perbedaan di Hari Kemerdekaan”,”Pelajaran dari Kota Cahaya”,“Diagram Stabilitas”, dan ”Segenggam Perjuangan di Bukit Harapan”, “Surat dari Malaikat”, dan “Es Buah untuk Bunda”. Kalian tahu, bahwa dari semua cerita pendek tersebut tidak ada yang menang ?
Mengirim banyak cerita pendek namun tidak ada satu pun yang menang. Bagaimana dengan essai ? Hanya satu kali. Bukan satu kali mendapat kemenangan, namun satu kali masuk 20 essai nasional terbaik oleh IEX dengan tema “Guru Inspirasi”. Hal itu baru 20 besar, belum mencapai tahap 10 besar atau lima besar atau pun tiga besar. Essai gagal karya saya yang lain adalah “Small Changes to Indonesia”,”Cerdas, Bertanggung Jawab, dan Berkarakter”, dan ”Mengapa Harus Social Entrepreneur?” Semuanya GATOT alias Gagal Total.
Cerpen, belum sukses. Essai bernasib sama seperti cerpen. Bagaimana dengan menulis artikel di blog ? Sama, hanya sekali. Satu kali masuk 50 besar dengan judul ”Gara-Gara Bule”. Artikel blog saya yang lain adalah “Jamu, Kreativitas Indonesia”,”Jomblo Bukan Sebuah Petaka”,”Ibuku, Masa Depanku”,”Lima Menit Kebahagiaan”, dan “Kaya bin Halal”, “Kebelet ke Old Trafford”, “Inggris: Negara Sejuta Kharisma”, “Teropong Pengintip Inggris” dan “Englandhicus Kebeletichus”. Hasilnya masih sama, sama-sama belum sukses.

Kecewa ? Pasti.
Sedih ? Pasti.
Masih semangat menulis ? Pasti.

Untuk teman-teman yang merasa lebih beruntung dari saya, bersyukurlah. Karena perjuangan dan doa tidaklah cukup, Allah akan memberi waktu yang tepat untuk kita merasakan sebuah kesuksesan. Sampai sekarang, saya BELUM PERNAH mendapat kemenangan dan pengakuan, mungkin suatu hari. Walaupun begitu, saya akan tetap menulis, karena memang menulis telah menjadi sebuah hobby. Semoga suatu saat saya bisa menjadi fully writer, tidak hanya writer wannabe. Keep writing!

Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi.” Helvy Tiana Rosa, Penulis. 

Tulisan ini disertakan dalam lomba menulis dengan tema "Mengejar Mimpi" oleh Mimpi Properti
Yuk teman-teman semua yang ingin meraih mimpi lewat menulis, segera ikuti lomba menulis ini dengan tema "Mengejar Mimpi"
 
Mau ikut lombanya? Klik-> http://www.kontesmimpiproperti.com/
Link Mimpi Properti -> http://mimpiproperti.com/ 
 
Yuk Ikutan
 

You Might Also Like

1 komentar