BECAUSE I’M WITH YOU

09.03


Akhir-akhir ini, saya merasakan “kembali” menjadi seorang mahasiswa teknik yang katanya banyak tugas, praktikum, asistensi, dll. Ternyata iya. Dari mulai pagi sampai malam di kampus, merevisi laporan yang tiada selesai kesalahannya. Juga menghadapi beberapa orang yang sifatnya tidak cocok dengan kita. Misalnya kerja kelompok. Saya dari kecil memang tidak suka menunggu, karena itu saya tidak mau membuat orang menunggu. Caranya ? Dengan datang on time bahkan terkadang in time. Tapi anggota kelompok yang lain malah datang sejam dan paling parah tiga jam setelah janjian. Kalau saja ini tidak menyangkut praktikum, pasti sudah tak tinggal. Parahnya lagi….. (tidak usah diterusin).
Sesibuk-sibuknya alur kuliah di teknik, kewajiban di luar teknik juga tetap harus dilaksanakan. Misalnya kegiatan dengan PSAM dan kos. Di kos saya, setiap orang harus mengepel, membuang sampah, menyapu, dll setiap seminggu sekali. Saya sih fine-fine saja tapi sejak kesibukan ini datang, terkadang saya hampir mengabaikannya tapi untungnya masih ingat untuk melaksanakan tanggung jawab ini.
Jumat lalu, sembari mengepel lantai kos yang semakin kotor akibat hujan, saya mendengarkan khotbah Jumat di dekat kos. Sering sih mendengarkannya tapi topik kemarin sangat relevan dengan masalah yang saya hadapi. Topiknya mengenai “Ujian”. Saya termasuk orang yang suka mengeluh, padahal jika dipikir-pikir masalahnya tak terlalu besar. Seperti kejadian kemarin ketika laporan saya harus berulang-ulang direvisi, kotak pensil hilang, lari malam-malam untuk mengumpulkan deadline laporan, saya benar-benar merasa stress dan bingung. Belum lagi jika teringat masalah lain yang tidak bisa saya share. Belum juga masalah internal kelompok yang selalu membuat saya jengkel. Ketika kita mengeluh kepada Allah atas apa yang terjadi, misalnya “ Allah, kenapa harus terjadi kepada saya ? “. Bayangkan jika Allah menjawab, “ Why not ? “. Allah berhak melimpahkan anugerah juga masalah karena Ia yang berkuasa atas dunia ini. Namun ketika orang lain mendapatkan keberkahan, kita akan mengeluh, “ Allah, kenapa bukan saya ? ”. Humanly banget memang. Mengeluh itu perlu terkadang agar kita tidak melakukan kesalahan lagi dan lebih berhati-hati. Tapi kalau berlebihan juga tidak baik. Sadarkah Anda jika semakin sulit masalah yang menimpa kita berarti Allah telah menaikkan derajat kita ? Analogi sederhananya seperti ini : ujian itu dihadapi oleh orang berpendidikan (menuntut ilmu). Jadi orang yang tidak menuntut ilmu, pasti tidak akan menghadapi ujian. Semakin tinggi jenjang suatu pendidikan seseorang, ujiannya akan semakin berat juga. Jadi jika masalahmu hanya sepeleh yang kamu besar-besarkan sendiri berarti kamu masih jenjang rendah. Tingkat ujian yang tinggi itu dialami oleh para Nabi, sahabat Nabi, Wali songo dan semua yang berjuang di jalan Allah. Khotbah yang bagus sekali, benar-benar menyadarkan betapa kecilnya iman saya saat ini. Masalah begini saja sudah mengeluh, bagaimana dengan masalah orang lain yang lebih berat. Ketika kita benar-benar mearasa down, depressed, stress, dll, ingat untuk berdoa dan sharing ke Allah. Seakan-akan Allah akan menjawab semua keluhanmu dengan kata-kata mulia-Nya “Calm down, because I’m with you always”. Saya merasakannya, betapa tenang hati kita setelah berdoa. Alhamdulillah, semoga setelah ini kita bisa menjadi manusia yang pandai bersyukur dan bermanfaat untuk orang lain. Barakallah.

You Might Also Like

0 komentar