JURNAL SYUKUR, SEBUAH KONSEP BAHAGIA

17.53

Hari Selasa, 10 Juni 2014 saya mengikuti sebuah training gratis dari Wealth Institute. Ok, sebelum mulai izinkan saya menceritakan aktivitas saya. Beberapa hari lalu, saya diajak oleh salah satu teman untuk membuat sebuah sistem. Sistem? Tolong saya sebenarnya sudah muak dengan kata ini. Hampir setiap hari, kata ini selalu bergentayangan di mana-mana, bahkan ketika kelas psikologi industri. Saya menyebutnya kelas Psikologi industri rasa sistem ala teknik. Stop. Maksud sistem di sini lebih luas dari makna yang selama ini terpatri dalam pikiran saya (baca: sistem teknik). Bismillah. Membuat sistem adalah tugas utama dari mahasiswa Teknik Industri, maka dari itu ketika ada tawaran ini saya pun langsung menerima dan bersyukur. Sebelum tahu lebih jauh tentang sistem ini, kami diajak oleh founder dari Wealth Institute untuk mengikuti training gratis. Gratis? Langsung berangkat. Temanya adalah happiness atau kebahagiaan. Saya tanya dulu ya:

Sukses+Kaya=Bahagia                                                                                                                            (1)
Bahagia=Sukses+Kaya                                                                                                                            (2)

 Persamaan (1) dan (2) sama ataukah berbeda? Kalau Anda berpikir scientic pasti kedua persamaan tersebut adalah sama. Tapi jika Anda sedikit menggunakan logika dan perasaan, pasti jawabannya berbeda. Pada persamaan (1) bahagia diperoleh dari faktor kaya dan sukses. Sebelum sukses dan kaya terpenuhi, tidak akan ada yang namanya bahagia. Lantas, bagaimana dengan persamaan (2)? Pada persamaan (2) bahagia terletak di awal atau sebagai input. Tak peduli apakah sukses dan kaya terpenuhi, yang namanya bahagia telah ada karena “bahagia” ini terletak di depan, bukan di belakang sebagai output. Intinya, output bahagia pada persamaan (1) tak akan terpenuhi jika inputnya (kaya dan sukses) tak pernah ada. Berbeda jika Anda meletakkan bahagia sebagai input, output yang akan Anda terima adalah kaya dan sukses. Dalam arti lain, dua faktor ini adalah bonus dari input bahagia Anda. Begitupun kita, terkadang kita selama ini sulit merasakan kebahagiaan. Mengapa? Karena Anda meletakkannya sebagai hasil atau output. Dan ada satu faktor lagi penyebab Anda kurang merasa bahagia, yaitu terlalu banyak kata “kalau atau jika”. Pernahkan Anda berbicara seperti ini?

“Saya bahagia JIKA mempunyai rumah mewah.”
“Saya bahagia KALAU mempunyai banyak uang.”

Pertanyaannya adalah, jika Anda tidak mempunyai rumah mewah dan banyak uang, berarti Anda tak bahagia, Kan? Apakah Anda mau kebahagiaan Anda gagal hanya karena kata “jika atau kalau”? Sebenarnya, konsep bahagia sangatlah sederhana. Coba ganti dengan kata ini, “Saya bahagia mempunyai banyak uang.” Makna dari kalimat kedua ini adalah Anda bahagia mempunyai uang. Namun, jika Anda tidak mempunyai uang, bukan berarti Anda tak bahagia, Kan? Hal ini dikarenakan tidak ada syarat dalam bahagia itu sendiri. Syarat di sini adalah kata jika dan kalau. Sekarang mari kita hubungkan konsep ini dengan mata kuliah simulasi. Di mata kuliah tersebut telah dijelaskan bahwa semakin banyak syarat pada model simulasi, maka model simulasi Anda semakin tidak akurat (menjauhi sistem nyata). Sebaliknya, semakin sedikit syarat maka semakin model simulasi Anda mendekati sistem nyata. Begitupun dengan bahagia, jika Anda terlalu banyak memberi syarat, maka semakin jauh Anda mendapatkan sistem nyata dari bahagia itu. Bukankah bahagia adalah sebuah sistem?
Buanglah kata kalau atau jika, dan satu ini yang sangat manjur yaitu tirulah perilaku anak kecil. Apakah Anda pernah melihat anak kecil galau? Mereka setiap hari pasti terlihat bahagia dan selalu semangat menjalani hidup. Mengapa bisa seperti itu? Karena  mereka tak ada beban. Apakah Anda pernah melihat anak kecil yang galau memikirkan makanan? Tidak, Kan? Memang secara real, anak kecil berbeda nasib dengan orang dewasa. Sifat anak kecil adalah dikejar uang, sedangkan orang dewasa adalah mengejar uang. Maksudnya dikejar dan mengejar uang itu apa? Sebelum saya menjawab, kira-kira pilihan mana yang Anda pilih? Mengejar uang atau dikejar uang?
Ketika Anda menggelar acara pernikahan, pasti Anda akan menyebar undangan ke mana-mana. Apa sih tujuan sebenarnya? Jawabannya adalah UANG. Semakin banyak Anda mengundang orang, semakin banyak kemungkinan uang yang Anda terima. Dalam hal ini adalah balik modal. Namun, pernahkan Anda melihat orang menyebar undangan kelahiran bayi? Yang ada pasti orang datang tanpa diundang. Dan pastinya ada saja yang dibawa. Entah itu sabun, popok, baju, dan lain-lain. Itulah bayi, selalu dikejar-kejar uang. Nah, lantas bagaimana dengan kita sebagai orang dewasa agar dikejar uang? Lihat surat Ibrahim ayat 7, yang menjelaskan bahwa:

“Sesungguhnya jika kamu BERSYUKUR, PASTI Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”

Sepertinya makna tersebut telah mewakili jawaban dari pertanyaan saya. Allah, sebagai Maha Pencipta seluruh Alam telah berkata PASTI yang artinya jika kita benar-benar mengaplikasikan makna ayat tersebut, pastilah janji Allah terpenuhi. Lantas, apa hubungannya dengan bahagia? Ok, saya ambil contoh dari persamaan (1) yaitu kaya sebagai bonus. Namun ingat ya, bahagia tidak selalu berhubungan dengan uang. Saya hanya mengambil contoh dari pemikiran banyak orang tentang apa itu bahagia. Telah terpapar jelas dari ayat di atas bahwa jika kita bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat-Nya. Iya, jawabannya adalah BERSYUKUR. Saya tadi mendapat sebuah jurnal yang berisi kolom-kolom. Saya menyebutnya jurnal syukur. Kolom-kolom tersebut harus diisi dengan berbagai nikmat yang Allah telah berikan kepada kita setiap hari. Misalnya diisi seperti ini:

“Ya Allah terima kasih telah memberi kesempatan saya mengikuti training hratis nan luar biasa ini.”

Coba deh, list semua kenikmatan-kenikmatan Allah. Mulai dari hal paling sederhana yaitu nafas dan indra. Kita terkadang terlalu muluk-muluk mengenai konsep bahagia. Ingin  uang banyaklah, punya suami ganteng nan kayalah *ehem. Bayangkan saja ya, Anda mendapatkan apa yang Anda mau yaitu mempunyai banyak uang. Namun di saat itu, Allah mengambil mata indah atau nyawa Anda. Masih bahagia, Kah? Tujuan penulisan jurnal syukur ini adalah membuka mata, hati, dan pikiran Anda bahwa janganlah jadi kacang yang lupa kulitnya. Meminta ini dan itu tanpa mengucap terima kasih. Dalam konteks ini Allah memberi syarat yaitu dengan kata “jika.” Ia berhak memberi syarat karena Ia-lah Allah Pencipta Dunia dan segalanya. Jadi kalau syarat tak terpenuhi, maka hasil juga tak akan didapat. Syaratnya mudah kok, yaitu hanya BERSYUKUR. Saya ulang lagi, yaitu BERSYUKUR. Jika Anda selalu bersyukur, jangan heran jika Anda akan dikejar uang layaknya bayi. Pertama saya mengelist rasa syukur saya, tidak tahu mengapa air mata ini kok ya datang tanpa kulonuwun dulu. Deras lagi layaknya debit air di Sungai Brantas. Air mata itu datang bukan tanpa tujuan. Air mata itu mengingatkan betapa kita sebagai makhluk-Nya sering lupa dengan nikmat-nikmat yang Allah berikan. Terlalu banyak nikmat yang kita dustakan. Terlalu banyak kita melupakan nikmat Allah. So, tunggu apa lagi? Yuk segera buat jurnal syukur.

Tulisan di atas adalah kombinasi dari ilmu yang saya dapat dari training dan saya hubungkan dengan ilmu kuliah dengan sedikit analogi. Semoga tidak terkesan dipaksakan. Oh iya, saya memang yang menulis tulisan ini tapi bukan berarti saya expert dalam hal bersyukur. Seperti yang saya katakan sebelumnya, tulisan di atas adalah kombinasi dari ilmu yang saya dapat dari training dan saya hubungkan dengan ilmu kuliah. Ayo kita sama-sama belajar bersyukur agar konsep bahagia semakin lengkap. Jangan lupa, hilangkan syarat-syarat penghambat kebahagiaan Anda dan letakkan bahagia sebagi input. Sekali lagi, yuk segera buat jurnal syukur. 

You Might Also Like

1 komentar