TULISAN SEORANG PENULIS (WANNABE)

19.28



Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi.” Helvy Tiana Rosa, Penulis. 

Banyak orang beropini bahwa menjadi seorang penulis adalah pekerjaan yang mudah dan kurang menguntungkan (kecuali karyanya menjadi best seller). Mereka hanya memerlukan sebuah meja, kursi, laptop, dan charger pastinya. Menulis memang mudah, mayoritas orang di dunia bisa menulis. Namun, menulis saja dan menulis indah jelaslah berbeda. Setiap orang bisa menulis apa pun sesuai keinginan dan kebutuhan, misalnya menulis puisi, cerita, diary, dan lain-lain. Tiap-tiap komponen penulisan tersebut mempunyai tujuan berbeda, maka tata caranya juga pasti berbeda. Contoh sederhananya seperti ini, Anda menulis diary dan teman Anda menulis puisi. Menulis diary tidak ada tata cara atau struktur yang mengikat, tujuannya pun hanya menceritakan kejadian yang kamu alami. Sedangkan, menulis puisi mempunyai tata cara atau struktur sendiri, yaitu struktur fisik dan batin. Begitu pun dengan jenis-jenis tulisan lainnya.

MENGAPA MENULIS ITU PENTING?

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya Ananta Toer, Penulis.
Sebenarnya jawaban atas pertanyaan di atas adalah sesuai individu. Untuk individu yang suka dunia tulis-menulis, menulis adalah media bagi mereka untuk merealisasikan sesuatu yang tidak bisa terjadi di kehidupan nyata namun bisa dituangkan dan dinikmati oleh banyak orang (tulisan fiktif). Selain itu, menulis juga bisa memaparkan atau menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi di kehidupan nyata (tulisan non-fiktif). Namun, untuk individu yang tidak suka menulis, menulis hanya kegiatan yang membuang-buang waktu dan butuh pemikiran. Semua itu memang kembali ke individu masing-masing. Secara umum, tujuan menulis adalah menuangkan ide  dan gagasan, mendapatkan uang (pekerjaan), menghilangkan stress, mencegah kepikukan, dan mengenang suatu peristiwa.

WRITER WANNABE, WHY NOT?

Saya seorang mahasiswi Teknik Industri. Lalu mengapa seorang mahasiswi teknik bermimpi menjadi penulis? Karena saya mencintai kegiatan ini. Kecintaan saya terhadap menulis bermula ketika saya berada di tingkat dua SMP (Sekolah Menengah Pertama), saya mendapat tugas untuk meresensi sebuah novel. Tugas ini berat dan membutuhkan stamina untuk memertahankan mata agar tetap terjaga untuk membaca. Lihat saja novel itu berapa halaman. Namun, karena ini tugas mau tak mau harus dikerjakan. Novel pertama yang saya baca berjudul “Porcupine, Menjadi Kakak”, sebuah novel teenlit terjemahan. Wow, novel tersebut bagus sekali dalam segi isi dan tata cara penyampaiannya. Sampai sekarang, saya masih sering membaca novel tersebut. Sejak itu, lama-kelamaan saya menjadi pecinta karya fiktif. Puluhan novel saya beli, tidak hanya novel fiktif namun juga novel motivasi (mirip dengan biografi). Suatu hari saya mengetahui seorang teman dengan usia sama memenangkan lomba menulis (cerita pendek, essai, blog), hal tersebut semakin membuat saya ingin menulis. Awalnya sih tergiur oleh hadiahnya, karena ada salah satu teman yang mendapat hadiah berupa tiket summer course ke Belanda selama dua minggu dengan hanya menulis tentang negara Belanda sebagai pioneer country. How luck are you ! Lama-kelamaan, saya menyadari bahwa menulis tidak sekadar mendapat hadiah, namun bagaimana tulisan tersebut mampu mendorong seseorang untuk mengikuti jejakmu sebagai writer wannabe dan memberikan positive impact ke lingkungan. 

IT WAS HARD, FUN, AND FULL OF STRUGGLES

Menjadi seorang penulis masih menjadi salah satu mimpi (semoga terkabul). Saya ingin suatu hari bisa membuat sebuah karya masterpiece, misalnya novel. Namun, untuk sekarang keinginan tersebut masih sangat jauh. Saya masih dalam tahap belajar untuk membuat suatu karya yang bagus dan diakui. Salah satu caranya adalah dengan megikuti beberapa lomba menulis.
Mengapa ikut lomba menulis itu penting ? Pastinya untuk membandingkan karyamu dengan karya orang lain. Dengan itu, kita akan tahu apakah pantas kita disebut sebagai seorang penulis.
Setelah mengikuti beberapa lomba menulis, saya ingin sekali menerbitkan tulisan-tulisan saya tersebut. Saya ingin menginspirasi orang-orang di luar sana. Memang alasan untuk menerbitkan sebuah buku, bukanlah hanya masalah uang (royalti) namun lebih ke arah kepuasan batin. Royalti hanya bonus yang akan kita dapatkan setelah mendapat kepuasan. Sekarang saya sedang mempersiapkan tulisan-tulisan saya dengan sebaik mungkin karena saya mempunyai rencana untuk mengirimkannya ke penerbit. Menurut saya jika penulis tidak mau mempublikasikan tulisannya, maka ia tak mau berbagi dan menginspirasi orang lain. Sekarang tak ada alasan untuk tidak menerbitkan buku. Grab your writing and send it to publisher.   
Impian saya untuk memenangkan lomba dan menerbitkan buku masih berapi-api. Saya akan tetap menulis sampai impian saya tersebut terkabul, tak peduli betapa beratnya dan berapa kali saya harus terjatuh. Akhir-akhir ini saya mendengar kabar tentang Rasibook. Rasibook.com merupakan situs penerbit yang menerbitkan karya-karya menjadi buku. Saya sangat senang karena melalui situs ini, saya mempunyai kesempatan untuk bisa menerbitkan karya-karya saya. Untuk teman-teman yang penasaran dan ingin menerbitkan buku juga, kunjungi webnya di sini http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis artikel dengan tema "Menerbitkan Buku dan Jadi Penulis" oleh Rasibook. Info lebih lanjut, klik di sini




You Might Also Like

0 komentar